FEATURED POST THIS WEEK:
Zeke dan Singa Putih (Part 1 of 3)
Matahari senja membuat langit menjadi jingga. Para pedagang
mulai merapikan barang dagangannya. Pemotong kayu menghentikan pekerjaannya.
Pengrajin mulai menggantungkan peralatan mereka dan bersiap untuk beristirahat.
Rumah-rumah mulai menyalakan sumber cahaya mereka untuk malam ini. Setiap orang
tua dengan lantang memanggil anak-anak mereka untuk segera pulang. Pemandangan
kota kecil ini mulai terlihat seperti sebuah lautan bintang berwarna oranye.
Zeke mulai menggiring kambing peliharaannya untuk masuk ke
dalam kandang mereka. Ayahnya, pemilik perternakan kecil tersebut,
menggantungkan topi jeraminya dan masuk ke dalam rumah mereka yang terletak
dipinggir kota kecil ini. Mereka hidup sederhana dengan pemasukan yang stabil
dengan menjual hasil ternak mereka.
Kota kecil ini tidak terlalu ramai dengan penduduk. Di
sehari-hari, setiap warga mengurusi urusan mereka masing-masing dan fokus pada
masalah hidup mereka masing-masing. Namun ketika ada masalah yang menyangkut
keamanan dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan, setiap warga akan dengan
segera bergerak dan memenuhi peran masing-masing untuk menyelesaikan masalah
yang datang.
Malam itu terasa sunyi seperti biasanya. Hanya suara angin
lembut dan serangga malam yang mengisi kekosongan. Semua warga tengah menikmati
waktu santai mereka. Mendadak dari arah hutan di sebelah barat kota, terdengar
suara seperti auman dan lolongan hewan buas yang menggelegar dan menggema ke
seluruh penjuru kota. Seisi kota terkejut mendengar suara tersebut. Tidak ada
yang menyangka bahwa ada mahkluk yang suara aumannya mampu membangunkan seisi
kota. Suara tersebut terdengar semakin keras dan berulang-ulang. Ini membuat
seluruh warga kota terbangun untuk memeriksa keluar. Para lelaki berjalan
keluar dari rumah mereka masing-masing dengan waspada sambil membawa berbagai
benda yang bisa dijadikan sebagai senjata. Jalanan kota menjadi lebih terang
dengan beberapa warga kota membawa obor.
Zeke bangkit dari tempat tidurnya dan langsung keluar dari
kamarnya. Ayahnya sudah berdiri di depan jendela dan mengintip keluar sambil
memegang garu sebagai senjata. Ibunya berdiri di balik pintu kamarnya dengan
khawatir.
“Apa yang terjadi? Suara apa itu barusan?”, tanya Zeke.
“Aku tidak tahu. Aku akan keluar dan memeriksanya.”, jawab
ayahnya.
“Aku akan ikut bersamamu!” seru Zeke.
“Tidak. Kau tetap disini dan jaga Ibumu. Biar aku sendiri
saja.”, jawab ayahnya.
Walikota yang masih memakai piyama berjalan keluar ditemani
oleh 2 orang pengawalnya yang berjalan di depannya. Para perempuan dan anak-anak
terlihat takut dan bersembunyi di dalam rumah. Beberapa diantaranya
memberanikan diri untuk mengintip keluar jendela. Semua bertanya-tanya,
kebingungan dan ketakutan karena merasakan adanya ancaman yang mengerikan namun
mereka tidak dapat melihat wujud ancaman tersebut. Kemudian suara tersebut
mulai melemah dan menghilang. Walikota mengumpulkan warga di balai kota dan
mencoba untuk menenangkan warga.
“Semuanya. Tenang! Kita tidak tahu suara apa yang baru saja
kita dengar. Aku paham kondisi saat ini terasa sangat menakutkan. Tetapi kita
tidak boleh panik. Mungkin itu hanya suara hewan liar yang kebetulan lewat.
Kota ini punya pasukan pengamanan yang cukup untuk melindungi kita semua. Namun
aku perlu seluruh warga kota ini untuk tetap waspada dan tenang dalam
menghadapi masalah ini. Besok pagi aku akan mengirim beberapa penjaga kita
untuk menginvestigasi sumber suara tersebut. Malam ini mari kita kembali
beristirahat.”.
Seluruh warga kota kemudian kembali ke rumah masing-masing
untuk kembali beristirahat. Keesokan harinya semua berjalan seperti biasanya.
Setiap warga sibuk dengan kegiatan harian mereka masing-masing. Permasalahan
suara kemarin malam dilupakan begitu saja. Semua berjalan dengan damai hingga malam
menjelang
Saat malam tiba, suara auman dan lolongan itu kembali terdengar. Bahkan kali ini lebih keras dan mengerikan dari malam sebelumnya. Semua warga terbangun. Anak-anak ketakutan dan menangis dalam pelukan ibunya. Warga kota berhamburan memasuki balai kota. Kali ini bahkan wali kota pun ikut takut. (Continue to part 2)
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment